Para perajin di Kota telah membuktikan, bahwa industri kreatif mampu memberikan sumbangan bagi perekonomian lokal. (Istimewa)
ACS - Sebagai salah satu daerah tujuan wisata, Kota  Bogor sarat akan potensi pariwisata yang sangat prospektif.  Potensi tersebut antara lain juga banyak didukung oleh adanya berbagai obyek wisata, serta adanya berbagai seni budaya yang turut melingkupinya. Sehingga para wisatawan semakin banyak berkunjung, dan menghabiskan waktu di kota hujan ini.

Sebagai pusat industri pariwisata Kota Bogor  memiliki beragam kerajinan lokal seni budaya yang bisa dijual kepada para wisatawan. Sehingga hal ini tentunya akan membawa dampak perekonomian tersendiri bagi para warganya.

Untuk itu sejak bebrapa tahun terakhir Pemerintah Kota Bogor, tengah banyak menggiatkan pengembangan ekonomi kreatif. Ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2009 maupun Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2009, yang berisikan  program-program pengembangan industri kreatif oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Bahkan sejak awal tahun 2012 lalu, Gubernur Jawa Barat telah membentuk Komite Pengembangan Ekonomi Kreatif Jawa Barat, sebagai lembaga yang berperan merumuskan kebijakan-kebijakan dalam pengembangan ekonomi kreatif ini di tingkat Provinsi Jawa Barat.



Dalam  Buku Kajian Pengembangan Tematik Potensi Ekonomi Kreatif Kota Bogor 2012, disebutkan bahwa yang menjadi unggulan dari Kota Bogor adalah seni kerajinan, disusul fesyen dan kuliner. Untuk mendukung berbagai program tersebut Fauziah Diani Budiarto  selaku Penasehat II Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranada) Bogor, menegaskan bahwa Dekranada perlu aktif dalam mendukung dan mengembangkan berbagai UKM. Khususnya yang bergerak dalam bidang kerajinan kreatif selama ini terus berkembang cukup baik.

“Perkembangan pengrajin kota Bogor sebenarnya cukup bagus, meski ada beberapa kendala soal permodalan dan pemasaran. Namun berkat keuletan pengrajin sendiri banyak bank dan pengusaha yang memberi tambahan modal,” katanya, seperti yang dikutip dari kotahujan.com
Dekranasda sejak diresmikan pada tahun 2008, sudah banyak menfasilitasi ratusan UKM dan kerajinan kreatif yang ada di Bogor.





DEKRANASDA menfasilitasi ratusan UKM dan kerajinan kreatif yang ada di Bogor. (Istimewa)
 Sehingga kelak menjadikan Bogor sebagai kota jasa, yang berorentasi pada industri pariwisata dan industri kreatif. Tentu hal tersebut tentu dapat meningkatkan beragam kerajinan khas kota hujan, dan mampu  memberikan dampak positif yang baik untuk Kota Bogor secara langsung. Karena budaya yang dilandasi dengan pendidikan kreatif dapat memberikan nilai ekonomi.

Beberapa diantara industri kreatif yang cukup dikenal antara lain adalah kain batik Sunda, wayang golek, gong serta cindera mata yang berbentuk senjata kujang. Beragam benda tersebut bisa menjadi andalan pariwisata baru di Kota Bogor, sehingga untuk itu perlu adanya dukungan dari semua pihak agar industri kreatif ini dapat terus berkembang.

Bagi para perajin kreatifitas merupakan modal utama dalam menghadapi tantangan global. Bentuk-bentuk ekonomi kreatif selalu tampil dengan nilai tambah yang khas, dan mampu menciptakan pasar tersendiri yang cukup mapan. Bahkan mampu menyerap tenaga kerja lokal dan memberikan tambahan bagi perekonomian warganya.

Seperti halnya yang dilakukan oleh Edie Juandie yang mampu memproduksi beragam kerajinan, dengan memanfaatkan limbah organik jagung sebagai bahan baku utamanya. Ditangannya limbah tersebut dirubah menjadi beragam perlengkapan interior rumah tangga, dan aneka kerajinan cantik yang bernilai ekonomis yang cukup tinggi. Sebut saja misalnya kap lampu dan sketsel produknya bisa mencapai harga Rp 100 ribu sampai dengan Rp 3 juta, tergantung ukuran dan tingkat kesulitan masing-masing produk. Hal tersebut tentunya cukup membanggakan.

Bahkan setelah berhasil dengan bonggol jagung, kini Edie mulai mencari bahan baku lain. “Saat ini saya juga tengah melakukan uji coba membuat handycraft dari biji salak dan batang pisang. Tentunya dengan tetap memberdayakan sampah-sampah organik,” kata ayah empat anak ini dengan penuh optimis.

Drajat banyak memanfaatkan limbah pengolahan bambu sebagai bahan pembuatan wayangnya. (Istimewa)

Lain halnya dengan perajin wayang golek yang bernama Drajat Iskandar, warga Cijahe, Semplak Kota Bogor. Dengan kreatifitasnya yang tinggi dia menciptakan bentuk baru wayang golek dengan bahan dasar bambu. Di tangannya bambu dianyam dan dibentuk sedemikian rupa, sehingga menghasilkan karakter wayang terkenal. Ciri khas dan keunikan wayang ini menjadi kekuatan tersendiri bagi produknya.

Sejak tahun 2000 Drajat banyak memanfaatkan limbah pengolahan bambu sebagai bahan pembuatan wayangnya. “Ibaratnya orang makan gepuk, mereka makan isinya, nah saya cukup minta bungkusnya saja,” ungkap Ki Drajat sambil tertawa. Selebihnya  cukup menggunakan bambu yang tumbuh di sekitar rumahnya.

Sebenarnya wayang bambu ini bisa dikatakan sebuah bentuk pengembangan dari wayang golek pada umumnya. Karena tokoh dan karakteristik wayang ciptaannya, sama seperti yang diperankan wayang golek kayu termasuk ornamaen yang dikenakannya.

Namun menurut Ki Drajat, cerita yang diangkat wayang bambu tidak sama dengan wayang golek. ”Saya sengaja menciptakan cerita sendiri, karena saya berkeinginan wayang bambu menjadikannya ikon baru di Kota Bogor ini,” katanya.

Alhasil Kang Drajat dengan dibantu oleh 20-an para pemuda di daerah Cijahe, mampu memberikan ruang wirausaha yang membantu perekonomian di daerah ini. Hal tersebut dapat dilihat dari setiap produknya yang rata-rata mempunyai harga  mulai dari 50 ribu- 3 juta rupiah, tergantung pada besar dan kerumitan wayang yang akan dibuat.

Diakui Kang Drajat  pembuatan wayang bambu cukup sulit karena harus menjalin bilah-bilah bambu yang rumit. Terutama pada saat membuat suvenir wayang bambu dalam botol yang membutuhkan 3 kali eksperimen, untuk mendapatkan bentuk yang sempurna. “Selain wayang bambu untuk di pergelarkan dengan sebuah cerita di atas panggung, saya buat juga dalam bentuk mini-nya sebagai souvenir khas Bogor “ tandasnya.

Untuk para peminatnya sendiri sudah cukup banyak, mulai dari dalam negeri hingga ke luar negeri. Namun usaha yang sudah berjalan beberapa tahun ini mulai terkendala modal. Kang Drajat berharap Pemerintah Kota Bogor dapat  turun tangan membantu, dengan memberikan modal agar usahanya tetap jalan dan bisa lebih besar

Kujang sebagai salah satu Produk Seni Sarat Budaya Sunda  kini semakin mendapat perhatian oleh masyarakat luas dan para wisatawan. (Istimewa)

Kujang merupakan senjata tradisional yang dekat kaitannya dengan kehidupan masyarakat Jawa Barat. Bahkan sebagai bagian dari  kebudayaan Sunda yang selalu hidup dan berkembang di Kota Bogor, maka kemudian kujang diabadikan dalam bentuk tugu di pusat kota ini. Serta telah menjadi landmark  dan ikon kota.


Walaupun demikian seiring dengan kemajuan jaman, keberadaan kujang kini telah mengalami pergeseran nilai seni dan budaya. Sehingga orang hanya mengetahuinya lewat tugu dan gambar saja. Hal ini kemudian mengetuk hati Wahyu Affandi selaku perajin, untuk membuat senjata kujang sendiri. 

Pengrajin kujang tersebut kemudian  mulai membuat senjata tradisional Jawa Barat ini di tahun 1995. Karena minimnya informasi tentang cara pembuatan kujang, maka dia banyak mendatangi para pemilik dan kolektor kujang kuno di kawasan Bogor, Banten, dan Sukabumi. Guna mempelajari jenis dan macam kujang, serta cara pembuatannya.

Untuk itu dia bahkan merasa perlu belajar tentang kebudayaan Sunda dari Anis Jatisunda, yang menguasai informasi mengenai sejarah Sunda Pajajaran. Berkat naskah kuno yang disimpan Anis tersebut, akhirnya Affandi mulai menapaki pembuatan senjata kujang secara riil.

Berkat kerja keras dan kemauan dalam belajar, membuat Affandi mampu menciptakan berbagai jenis kujang di kawasan Katulampa, tidak jauh dari Tugu Kujang Bogor.  Dari tempat inilah dia juga mulai membuka toko yang menjual berbagai macam dan bentuk kujang. Seperti kujang jago pamor nagabandang, kujang bangkong pamor pakujajar, kujang kuntul pamor tirtasadana, kujang naga pamor megasirna. Pamor sendiri adalah motif yang digambar di permukaan kujang,  dan memiliki ciri-ciri sendiri yang sesuai dengan pemiliknya.

Menurut Wahyu  ada dua macam bahan dalam pembuatan kujang. “Kujang bahan besi sejenis dan kujang bahan logam besi baja campur,” tuturnya. Prosesnya sendiri besi-besi tersebut dilebur pada suhu 1200 derajat untuk besi campuran dan 800 derajat untuk besi sejenis. Kemudian besi yang telah dilebur dibentuk dengan cara ditempa berulang-ulang.

Ia juga membuat kujang dengan model-model yang lain di salah satu outlet perajin kujang yang bernama Paneupaan Kujang Pajajaran.  Seperti gantungan kunci, pin, jam dan lainnya. Harganya pun bervariasi mulai dari Rp 10 ribu yang paling mahal Rp 900 ribu, dan bisa lebih tinggi lagi tergantung tingkatannya.

Sebagai seniman perajin yang sangat bergantung kepada pasar, dia berharap pemerintah Kota Bogor agar dapat lebih memperhatikan usahanya sebagai bagian pelestarian budaya Sunda. “ Saya mengharapkan Pemerintah bukan hanya mengutamakan hasil dari kreasi saja, tetapi juga memperhatikan para pengrajinnya,” tandasnya. Sehingga dengan demikian eksistensi mereka dapat terus ada sepanjang masa.

0 comments:

Posting Komentar

 
ACS Daily © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top