Jajat Sudrajat, President Director PT. Pro Emergency.(Istimewa)

Pria kelahiran 26 Mei 1980, Desa Malabar, cilacap, jawa tengah, ini merupakan sosok Perawat Sociopreneur yang sangat berkomitmen dan inten mendedikasikan diri sebagai perawat. Dengan keuletan dan kegigihannya, dirinya kini telah menjabat sebagai President Director di PT. Pro Emergency. Namun, untuk mencapai posisi tersebut tidaklah mudah.

Sebelumnya, saat berusia 17 tahun, dirinya telah menyandang profesi sebagai perawat. Namun, Ia sama sekali tidak tertarik untuk menjadi pegawai negeri sipil ataupun berpraktek sebagai perawat kesehatan desa (mantri) dan memilih untuk hijrah ke ibukota pada tahun 1998 guna melamar ke sebuah yayasan, sebagai perawat ambulans gawat darurat.

“Menjadi perawat ambulans bagi saya sangat menyenangkan dan sesuai dengan minat saya karena pekerjaan sehari-hari saya tidak monoton dan penuh tantangan.” tuturnya sembari tersenyum, saat ditemui di Nirwana Golden Park Blok C 6-7, Jl. GOR Pakansari, Kec.Cibinong, Kab.Bogor, Jawa Barat,  Senin (26/9/16).

Menginjak dua bulan masa bekerjanya, dirinya kerap terlibat sebagai tim bantuan medis pada huru-hara 1998. Mulai dari tragedy Trisakti, serta berbagai demonstrasi-demontrasi hingga  pegambilalihan gedung DPR MPR oleh mahasiswa. Atapun tragedi semanggi I, tragedi semanggi II, Bom di hotel JW marriot, Bom di kedubes Filipina dan Australia maupun kejadian lainnya.

Hingga pada tahun 2000, dirinya direkrut menjadi anggota Brigade Siaga Bencana (BSB) Departemen kesehatan, yang membuatnya kerap ditugaskan dibeberapa kejadian bencana baik nasional maupun internasional.

“Bagi saya manusia yang sesungguhnya adalah manusia yang taat pada TuhanNya dan bermanfaat buat orang lain. Satu hal, bagi saya ketika kita memilih profesi sebagai tenaga kesehatan (khususnya Perawat) maka saat itulah kita telah menggadaikan atau menyerahkan hidup kita untuk kemanusiaan.” Ujarnya.

Kejadian yang menjadi titik balik baginya adalah saat dipanggil ke lokasi kejadian, dimana ada bangunan roboh dan ada satu pekerja yang terhimpit kolom beton dengan berat puluhan ton. Dirinya harus menemani korban berjam-jam dengan terus melakukan tindakan medis hingga korban menghembuskan nafas terakhirnya.

“Saat itu dia dipasang infus, oksigen dan lainnya. Dan saya mendampingi dia berjam-jam sampai meninggal karena kolom beton itu tidak juga bisa diangkat. Hal itu yang membuat saya yakin bahwa peran petugas kesehatan diluar rumah sakit sangat diperlukan dan dibutuhkan.” Kenang lirih pria yang juga menjabat sebagai ketua pengurus Indonesian Emergency and Disaster Relief (IEDR) Foundation.

Dirinya pun menyadari, untuk mengurangi angka kematian atau pasien cacat pasca musibah harus dibuat sistem pelayanan gawat darurat terpadu (SPGDT) yang didukung dengan unit ambulans yang memadai, peralatan yang sesuai standard dan petugas yang professional. Sayangnya, ini merupakan pekerjaan besar yang belum disentuh sepenuh hati.

“Oleh karena itu tumbuh keinginan dalam hati saya untuk memfokuskan diri pada usaha ini. Ikut membantu menyelamatkan jiwa seseorang dalam kondisi gawat darurat dari lokasi kejadian sampai dengan ke rumah sakit dan rujukan antar rumah sakit. Lewat pro emergency, saya mencoba untuk menghadirkan pelayanan pra rumah sakit yang mumpuni dan tidak diperhatikan secara serius oleh pemerintah.” paparnya.

Jajat Sudrajat dalam ambulans Pro Emergency yang hadirkan peralatan lengkap dengan standar ICU Pro Emergency 

Menurutnya IEDR Fundation dan Pro Emergency adalah satu kesatuan, saling mengisi dan menyempurnakan. Pria yang memiliki motto ‘We Want, We Can’ ini yakin, apapapun yang kita inginkan bisa kita raih dengan doa dan usaha maksimal

“karena itu, saya mempraktekan pola subsidi silang agar kegiatan sosial yang kami laksanakan bisa kami danai sendiri tanpa harus mengemis kepada pihak lain. Namun cikal bakal adanya IEDR Fundation adalah Pro Emergency. “imbuhnya.

Selain itu, Ia juga menyadari tenaga medis Indonesia juga harus dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan tentang penanganan darurat dilokasi kejadian dan evakuasi serta penanganan bencana. Hal ini tidak didapatkan di dunia pendidikan.

Terlebih lagi,dirinya menilai bahwa layanan darurat pra rumah sakit sangat terbatas (buruk) maka dari itu perlu setiap individu membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan dalam Hal ini agar kita mampu menolong diri sendiri dan orang yang terdekat dengan kita.

“Ini sangat penting sebagai upaya untuk menghindari kematian yang sia-sia ataupun melakukan pertolongan darurat untuk mereka yang membutuhkan.” Tandasnya. (ACS)


0 comments:

Posting Komentar

 
ACS Daily © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger
Top